18 Januari 2014, pagi itu saya melihat status bbm teman saya, eka. Kurang lebih Begini tulisnya " kak Nadia yang sabar ya kak, innalillahi wainnailaihi raajiun" . Tanpa banyak berpikir, saya bertanya, "siapa yang meninggal ka?"
Sesaat setelah itu baru hp saya berbunyi dan mendengar kabar dari kakak saya bahwa bapak sudah tiada. Ternyata kak nadia di status eka tadi adalah diri saya. Shock dan histeris, pagi itu saya masih bernyanyi riang sambil menidurkan bayi saya ( waktu itu Labib masih berusia 3bulan), seketika berubah menjadi tangisan, tak terhenti.
Hari itu kami ber 9, saya kakak - kakak beserta anak- anak dan adik saya, tektok ke bandara untuk segera terbang ke ACEH. Tak ada harapan untuk hanya melihat jasad bapak, karena jakarta - Aceh tidaklah dekat. Pasrah...
Hari ini tepat 3 tahun kepergian bapak, rasanya masih sama seperti 3tahun lalu, menulis ini saja hampir tak sanggup, ya ALLAH... perih sekali dada ini, nyeri tertusuk di hati yang sangat dalam, sakitnya tak tertahan pun derasnya airmata. Rasanya seperti baru kemarin bapak ke Jakarta, melihat anak saya, Labib yang baru lahir, dan itu kunjungan terlama bapak ke Jakarta ( karena sambil berobat ), biasanya bapak cuma betah 1 - 2 minggu di Jakarta, tapi kali itu rekor, bapak tinggal di Jakarta 40hari. kalimat terakhir bapak kepada saya saat di bandara saat pulang ke aceh adalah,
" bapak udah ga sanggup lagi, bapak udah tua, bapak ga akan ke jakarta lagi." Sambil mencium Labib, jelas saya melihat ada tetesan air di mata bapak saat itu.
" bapak udah ga sanggup lagi, bapak udah tua, bapak ga akan ke jakarta lagi." Sambil mencium Labib, jelas saya melihat ada tetesan air di mata bapak saat itu.
Ya, Ajal menjemput Bapak di usia 67 tahun, pasti Allah sayang sekali sama bapak, sampai Allah mengambil nyawa bapak agar tak lagi merasa sakit yang sekian tahun diraganya. Bahkan kakak saya yang di Aceh bercerita setelah jenazahnya dimandikan wajah bapak tersenyum, bersih cerah, tak seperti semasa hidupnya , karena bapak berkulit hitam dan itu turun kepada saya yang juga berkulit hitam. Betapa beruntungnya kami, 6 anaknya, memiliki sosok seperti bapak. Saya adalah anak yang mungkin paling tidak pernah membahagiakan beliau semasa hidupnya, yang belum pernah memberikan apa - apa. Pinta saya Semoga di sisa usia ini, saya bisa menuju sholehah demi do'a yang agar sampai kepada bapak, bisa melakukan hal - hal baik, walaupun secuil tapi akhirnya menjadi rantai panjang penyambung kebaikan bapak.
Sekarang tinggallah ibu saya seorang diri, tiada lagi teman hidupnya. AllaahuAkbar, sehatkan beliau, kuatkan beliau dan bahagiakan beliau wahai Allah yang Maha pemurah.
Ya ALLAH ya Rabb, terangi kubur bapak Beriah bin Abdullah dengan cahaya Mu, berikan tempat terbaik untuk bapak Beriah bin Abdullah di Sisimu.
Aamiin
Anak - anak yang selalu merindui bapak,
dan cucu - cucu yang selalu mencintai atok.